Cerita Seks Daun Muda
Aku seorang
Wanita Pengusaha sukses yang sering tinggal sendirian karena suamiku
tinggal di kota lain. Aku Hanya di temani seorang pembantu, tukang kebun
dan seorang sopir. Walau begitu hasrat seks tetap bisa terpenuhi karena
aku bisa mengajak siapa yang kuinginina untuk bercinta. Dengan uang dan
kecantikan tidak sulit bagiku bercinta dengan pria yang sesuai
seleraku. Untuk menemani kesendirianku, aku menyewakan kamar kos yang
terletak di bagian belakang rumahku. Hanya terdapat 3 kamar karena aku
tidak mau terlalu ramai. Saat ini tinggal seorang karyawan yang baru
bekerja di kota ini 1 bulan yang lalu. Pemuda itu tampan namun pendiam.
Dilihat dari bodinya sepertinya dia aktif olah raga. Karena aku juga
sering lihat dia pulang memakai celana pendek dan sepatu olahraga. Pagi
ini dia terlihat habis olahraga jadi pasti di kamarnya. Sedang penghuni
kost lain pulang karena yang lain mahasiswa pulang liburan. Jadi kami
hanya berdua. Wahhh …. kesempatan nih.
Karena hari
ini libur membuat diriku makin kesepian tidak ada teman bicara. Sopir
dan pembantuku pulang karena ada keperluan. Sedangkan tukang kebunku
tidak menginap karena dia tinggal dekat rumah. Aku tidak keberatan
mereka pulang karena masih ada anak kost yang tinggal sehingga tidak
masalah aku sendirian. Penasaran dan ingin cari teman obrolan aku cari
alasan ketemu dia aku iseng dan bertanya tentang laptopku. Maka aku
menuju ke kamarnya.
Karena
di rumah dan lagi santai aku hanya mengenakan daster tipis dengan
lingerie warna hitam kesukaanku. Jika dilihat pasti kelihatan
dalamannya. Lelaki manapun yang melihat pasti jadi terangsang. Aku tak
ambil pusing. Jika dia memang lelaki sejati tak ada salahnya bercinta
dengan pemuda ini. Perjaka lagi. hehehe .. senyumku dalam hati. Ternyata
pintunya kamarnya tidak terkunci. Pelan-pelan kuketuk pintunya kubuka
pintunya dan akupun masuk dengan rasa penasaran.
Rupanya dia
sedang di kamar mandi dan tidak menyadari kehadiranku. Kemudian aku
masuk. Terlihat dia sedang berdiri menghadap bak mandi. Tubuhnya dalam
keadaan telanjang sepertinya mau mandi. Secara keseluruhan dia terlihat
gagah. Akhirnya kudatangi dia. Terlihat matanya terpejam menikmati apa
yang sedang dilakukannya. Dari gerakan pada lengannya kutahu dia sedang
mengocok ‘kontol’nya. Segera kutujukan mataku ke arah selangkangannya.
Apa yang kulihat saat itu membuatku kagum, bahkan membuat nafasku sesak
tersengal-sengal. Tangannya sedang menggenggam ‘kontolnya’nya, yang
kelihatan besar dan panjang sekali. Ujung kepala ‘kontol’nya bulat,
terlihat keras dan mengkilat. Seperti orangnya warnanya juga cokelat tua
agak kehitam-hitaman. Dia mengocok-ngocok ‘kontol’nya yang mengagumkan
itu. Rupanya dia sedang mandi dan membersihkan kontolnya. woww ini gua
suka, lelaki yang rajin membersihkan kontolnya. Gerakan membersihkan
kontolnya seperti masturbasi membuat aku kedalam khayalan kenikmatan.
Dan ku juga terbawa untuk memejamkan mataku. Terbayangkan olehku hal
yang tidak-tidak yang juga membuatku terangsang. Jadi ingin aku
merasakannya. ahhhh pasti nikmat.
Kurasa sesuatu yang menggelegak dalam diriku. Sekali lagi aku sampai menelan ludah.
Lalu kuberanikan diriku untuk menyapanya, … “Adli Besar amat sih
kontolmu?” Dia terlihat sangat terkejut. Tersipu-sipu ia berkata, …
“Aduh Tante kok ada di sini … !” Segera kutenangkan dia, … “Nggak
apa-apa, nggak apa-apa kok.” Lalu aku mendekati dia sambil mengulurkan
tanganku ke arah ‘kontolnya’ aku berkata, … “Coba lihat dong! Ukurannya
kok sampai sebesar ini sih?” Malu-malu dia berusaha menghindar, tapi
terpegang juga olehku ‘barang kepunyaan’nya. Setelah terpegang dia tidak
terus berontak, malah dibiarkannya aku mengusap-usap ‘alat
kejantanan’nya itu. Setelah aku usap-usap dia terlihat sudah mulai mampu
menguasai diri lagi. Malah rupanya keberaniannya timbul. Dengan gaya
lugunya dia bertanya, … “tangan tante lembut sekali” “Eh ngomong-ngomong
mau diterusin nggak?” Dengan manis dan lugu bengong, … “setengah
bertanya”Maksud Tante.” “Mau saya bantuin nggak?” Terlongo dia
memandangku dan bertanya, … “Emangnya bantu apa tante?” Sambil tersenyum
genit aku berkata kepadanya, … “Kalau kamu mau, tak bantu bersihin
kontolmu … !” Bukan pakai sabun, tapi pakai lidah tante. Dijamin enak
loh …. kataku.
Dia tidak
perlu menjawabnya toh tetap aja aku akan memaksanya. Karena aku sudah
memegang kontolnya. Lalu kulepas dasterku. “Kebetulan aku belum mandi,
sekalian mandi disini boleh dunk”. Mandi asik bareng dia pasti asik.
“Kamu mau aku ajarin nggak?” kataku setengah bertanya. Kalaupun di
bilang tidak mau, tetap akan aku paksa. Karena aku sudah tak tahan
lagi. Ajarin apa tante” …Tak perlu aku jawab akhirnya kugarap
kontolnya “Aduh tante, geli banget dan enakkk!” Erang Adli. Panggil aja
aku Neng aja ya. Kedua lengannya mengencang menyangga tubuhnya, sampai
terlihat otot-ototnya menonjol gagah. “Adli! Adli! Besar amat ya
kepunyaan kamu ini, kataku.
Beberapa
saat hening tanpa ada suara, sementara aku terus mengocok-ngocok lembut
‘barang kepunyaan’ Adli. Sampai akhirnya terdengar lagi Adli bertanya, …
“Tante, katanya kalau orang bule seneng ngemutin pake mulut yah?”
Pertanyaan ini kurasa semakin menjurus dan membuatku terusik oleh
keinginan terpendam yang ada di hatiku. Dengan singkat kujelaskan
padanya, … “Ah bukan orang bule aja, orang Indonesia juga mau.” Emang
kamu pikir aku nggak mau. Bodohlah aku jika tidak mau melumat kontolmu.
Perjaka lagi. Ya iyalah …. rasanya beda gitu loh …. yang biasa aku
pegang …. Berkahku hari ini aku sebentar lagi merasakan sperma perjaka
…. woowwwww … pasti nikmat … Sambil sesekali kontolnya aku cepit dengan
susuku dan kugesek-kesekan sambil kuciumi dan kujilati ujung kontolnya.
“Sarat sebagai laki-laki ya ITU-nya bisa bangun, besar, panjang, keras sama kuat.”
AKu sedikit menggurui. Kembali Adli nampak bersemangat, … “Oh kalau itu
sih Adli mampu … Aku membisikkan kesediaanku. Lalu Adli berkata dengan
penuh keseriusan, … “Aduh mau tante, !” Pada saat bibirku mendarat di
atas ‘kepala kemaluan’nya dan mengecupnya Adli mendesah, … “Aduh geli
tante, enak.” Apalagi waktu mulai kujilat-jilat dengan lidahku, ia
betul-betul merasakan nikmatnya. Tubuhnya mengejang keras, … “Aduh Tante
geli sekali.” Begitu kumasukkan ‘ujung kemaluan’nya yang seperti ‘topi
baja’ itu ke mulutku, lalu mulai aku kulum, Adli mengerang panjang.
Karena keenakan dia sampai menekan kepalaku ke bawah. Dipenuhi oleh
‘ukuran kejantanan’ lelaki yang sebesar itu aku sampai sulit bernafas.
Untung aku sudah cukup berpengalaman dalam hal ’seks oral,’ sehingga
dengan mudah aku bisa menyesuaikan gerakan bibir, lidah dan mulutku.
Ketika ujung
‘tongkat kejantanan’nya menyentuh langit-langit mulutku, aku merasakan
lonjakan gairah yang membawa nikmat.Manis sekali anak ini, akupun jadi
semakin menyukainya. Langsung kuperhebat emutanku, sampai aku sendiri
semakin terangsang. Sewaktu aku sudah mulai hanyut, ternyata masih juga
kudengar permintaan Adli. “Neng,” … panggilnya, … “Tante.”
Karena sudah
terangsang dari tadi, terutama setelah mulai mengemut ‘kontolnya’,
beberapa usapan saja sudah cukup untuk membawaku ke puncak rasa
jasmaniku. Aku mengaduh, merintih dan mengerang sambil terus menjilati
‘barang kepunyaan’ Adli. Laki-laki itu sampai melihat aku dengan
pandangan agak heran. Tapi tidak kuperdulikan lagi dirinya. Terus aku
emuti ‘kontol’ Adli di mulutku, sampai gelora rasaku mereda. Setelah itu
yang aku sadar adalah betapa pegalnya rahang mulutku, karena dari tadi
mengemuti kepunyaan Adli dengan tanpa henti.
Sedikit-sedikit
mulai ada rasa jengkel juga karena daya tahan kejantanan lelaki itu
kuat sekali. Hampir aku sentak dia ketika sekali lagi kudengar suaranya
berbicara kepadaku. “ahhhh,” … katanya, …”tante.” ““Saya hampir keluar
tante.” Rasa gairah semakin merangsang diriku, semakin keras juga aku
mengemut dan mengisap ‘alat kemaluan’ Adli. Hingga akhirnya seluruh
tubuh Adli mengejang keras, begitu juga batang kejantanannya di mulutku.
“Ah … ah … tante … tante … ah … Aduh … aaah …,” … Adli mengerang keras
dan panjang. Rupanya dia sedang mengalami puncak kenikmatannya di
mulutku. Semburan demi semburan sperma Adli memasuki rongga mulutku.
Inilah sperma rasa perjaka, benar-benar nikmat apalagi masih hangat.
Banyak
sekali, kental, dan asin rasanya. Supaya tidak terselak kutelan
sebisa-bisanya. Tapi setelah aku tidak tahan lagi kubiarkan sebagian
tertumpah dari mulutku dan terjatuh ke tubuh Adli. Kujilati sperma yang
menempel di tubuhnya hingga tak tersisa. Beberapa saat kemudian keadaan
mulai mereda. Kudengar suara nafas Adli lembut. Alat ‘kejantanan’nya
yang masih berada dalam genggamanku ternyata masih keras juga. Sengaja
tidak aku keluarkan semua spermanya agar dapat menikmati lebih lama di
memekku.
Ber-oral
seks di kamar mandi membuat kami kedinginan aku merasakan sperma pemuda
lebih nikmat menghilangan rasa dingin. Kontolnya masih aja tetap ngaceng
sehingga ini membuat aku ingin menungganginya dan memasukkan dalam
memek. Lalu kuambil handuk yang sudah kubasahi dengan air panas dan
kubersihkan seluruh tubuhnya.
Kutarik
tangannya dan menuntunnya kembali ke kamar tidur. Kuarahkan supaya ia
duduk di atas ranjang, lalu aku menelungkup di hadapannya. Kedua
tanganku mulai mengusap-usap ‘batang kejantanan’ Adli. Ukurannya memang
luar biasa. Tadi dalam keadaan Adli berdiri, kalau ‘batang keras’nya
ditegakkan sepertinya panjangnya sampai ke pusarnya. Sekarang dalam
keadaan dia duduk panjangnya jelas meliwati pusarnya itu.
Bibirnya kukulum, ”Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah. Setelah puas melumat
bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu
lehernya makin kebawah lalu kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh enak ..”
rintihnya. Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya,
lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya kontolnya
yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok-kock, “Ahhhhh… Hhhh….
Hmmhmh… Ohhh …” dia cuman bisa mendesah doang. kontolnya langsung
kukenyot-kenyot, sementara dia meremas-remas rambutku saking enaknya,
“Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut kontolnya, kemudian
aku bilang, “Adli… sekarang giliran kamu yach?” Gantian apa tante? Dia
setengah tersentum. Gantian jilati memeku” kataku. Dia cuma tersenyum,
lalu bangkit sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai
nyiumin bibirku. kemudian mulai menciumi leherku sementara tangannya
meraba-raba toketku dan diremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yang
mendesah keenakan. Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang tebal dan
berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai
menjilati perutku dan kemudian langsung menciumi memekku dengan penuh
napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati memek
dan it ilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan.
Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot memekku yang sudah
mulai basah itu. ”Ahhhh… om… Enak …” desahan ku semakin keras saja
karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar.
Napsuku sudah sampe ubun-ubun, dia kutarik untuk segera menancapkan
kontol besarnya di memekku yang sudah gatel sekali rasanya, pengen
digaruk pake kontol.
Tak sabar
aku melihat, segera aku pingin merasakan nikmatnya kontol gedenya.
Kemudian aku pegang kontolny da kumasukkan ke dalam memek dan setelah
itu kunaiki dia. Auwwww …… luar biasa enaknyaaa …. Ahhhhhhh … setengah
berteriak aku merasakan kenikmatan. Sambil duduk di ujung tempat tidur.
Kugenjot memeku dan Aksiku kubarengi dengan teriakan-teriak keras khas
kenikmatan yang membuat aku mandi keringat.
Lama di atas
staminaku drop juga, lalu kumimta dia ganti posisi. Kucabut kontolnya
kemudian aku terlentang. Pelan-pelan dia memasukkan kontolnya ke dalam
memekku dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh kontolnya
dalam memekku. “Uh… uhhh…. Ahhhhhhh…nikmat banget” desahku ketika dia
mulai asyik menggesek-gesekkan kontolnya dalam memekku. Aku menggoyang
pinggulku seirama dengan keluar masuknya kontolnya di memekku. Dia
mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe,
“Ah…… sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan kontolnya
dimemekku, “Bareng nyampenya ya, aku juga dah mau keluar”, katanya
terengah.
Kakiku
kunaikkan ke pundaknya yang kokoh hingga kontolnya terasa mentok
menyentuh rahimku. Nikmat yang kurasakan sungguh luar biasa. Dari
penyebab awalnya dimana norma sopan dan adab tak lagi dijadikan batasan
membuat aku juga bisa berlaku saenakku, kini kurenggut kepala nya yang
berambut cepak itu. Kudekatkan ke wajahku dan kukenyoti bibirnya sambil
kukasari kepalanya. Nonokku yang gatalnya semakin nggak ketulungan
membuat aku jadi buas, binal dan liar… suatu peristiwa yang tak pernah
terjadi saat aku bersanggama dengan suamiku selama ini. Mungkin ini
pengaruh dari tubuhnya yang atletis itu, atau aroma keringatnya yang
maskulin itu, atau nikmatnya dientot dengan kontolnya yang dahsyat itu?
aku tak tahu….
Aku
menggelinjang-gelinjang dengan sangat hebatnya. Aku berteriak histeris
tertahan sebagai wujud pelampiasan nafsu birahiku yang tak terkendali
ini. Aku
ingin dipuaskan sejadi-jadinya. Aku berguling ke atas. Dengan rambutku yang telah lepas terurai dari ikatannya dan dengan keringat yang semakin membasah mengucur dari tubuhku, aku tumpakin tubuh nya. Aku desakkan habis-habisan nonokku ke kontolnya untuk menggaruk lebih keras kegatalan birahi di dalamnya. Aku sangat gelisah dan resah menunggu hadirnya orgasmeku. Setiap kali aku mendongak dan menyibakkan rambutku kemudian kembali menunduk histeris. Tangan-tanganku mencekal bukit otot di dadanya hingga kuku-kukuku menancap dalam ke dagingnya. Adli seakan tak mau kalah. Dia membenamkan wajah tampannya ke payudaraku untuk menyusui kedua belah payudaraku yang ranum itu sepuasnya. Sementara di bawah sana, rasa gatal yang sangat nikmat mendesaki nonokku.Aku tahu ini sebagai tanda bahwa tak akan lama cairan birahiku akan tumpah ruah. Aku sudah demikian lupa diriku. Enjotan kontolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Adli, aku nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa memekku berdenyut meremas kontolnya sehingga diapun menyodokkan kontolnya dengan keras, “ahhh, aku aah”, terasa semburan pejunya yang deres dimemekku.
ingin dipuaskan sejadi-jadinya. Aku berguling ke atas. Dengan rambutku yang telah lepas terurai dari ikatannya dan dengan keringat yang semakin membasah mengucur dari tubuhku, aku tumpakin tubuh nya. Aku desakkan habis-habisan nonokku ke kontolnya untuk menggaruk lebih keras kegatalan birahi di dalamnya. Aku sangat gelisah dan resah menunggu hadirnya orgasmeku. Setiap kali aku mendongak dan menyibakkan rambutku kemudian kembali menunduk histeris. Tangan-tanganku mencekal bukit otot di dadanya hingga kuku-kukuku menancap dalam ke dagingnya. Adli seakan tak mau kalah. Dia membenamkan wajah tampannya ke payudaraku untuk menyusui kedua belah payudaraku yang ranum itu sepuasnya. Sementara di bawah sana, rasa gatal yang sangat nikmat mendesaki nonokku.Aku tahu ini sebagai tanda bahwa tak akan lama cairan birahiku akan tumpah ruah. Aku sudah demikian lupa diriku. Enjotan kontolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Adli, aku nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa memekku berdenyut meremas kontolnya sehingga diapun menyodokkan kontolnya dengan keras, “ahhh, aku aah”, terasa semburan pejunya yang deres dimemekku.
Akhirnya
kami sama-sama mencapai kepuasan puncak kami. Cairan hangat yang
menyemprot dari kontol Aldi ke dalam nonokku langsung disambut dengan
muntahan berlimpah cairan birahi nonokku. Aku langsung tersungkur
sementara kedutan-kedutan kontolnya belum sepenuhnya usai.
Untuk sesaat kami memang beristirahat. Namun nafsu birahi yang masih berakar kuat di tubuh kami masing-maisng mendorong kami untuk melakukannya lagi dan lagi. Siang hari itu kami habiskan bak pengantin baru. Kami bercinta sepuasnya dalam berbagai gaya, diakhiri dengan doggy style yang spektakuler di ranjangku.
Untuk sesaat kami memang beristirahat. Namun nafsu birahi yang masih berakar kuat di tubuh kami masing-maisng mendorong kami untuk melakukannya lagi dan lagi. Siang hari itu kami habiskan bak pengantin baru. Kami bercinta sepuasnya dalam berbagai gaya, diakhiri dengan doggy style yang spektakuler di ranjangku.
Sebelum
tertidur Adli sempat memandangku mesra. Katanya lirih, … “tante, Terima
kasih!” Akupun tidur di
ranjang bersamanya. Sambil kupegang kontol dan
bersandar dadanya. Kami berpelukan dengan mesranya, sambil dia mencium
rambutku. Indah sekali.
Sebelum
tengah malam kami terbangun. Saat aku terbangung pemandangan tubuh
telanjang Adli, yang sebagiannya telah terbungkus selimut, mengantarku
ke dunia mimpi. Sekali lagi aku tidak bisa membiarkan kontol ngaceng
dibiarkan begitu saja. Tentuk saja mulutku gatel untuk ngemut dan jilat.
Sebelum dia sempat bertanya lebih jauh lagi kuminta ia terlentang di
ranjang.
Kesempatan
ini tak kusiakan untuk menggarapnya sekali lagi. Tak sempat dia menolak
kuemut dan kumainkan kontolnya dengan tanganku. Setelah itu malam ini
kita bertempur lagi dengan suasana lebih romantis yang menggairahkan. Karena
aku mengajak dia bercinta di halaman dalam rumahku. Sungguh suasana
yang tidak pernah aku lakukan. Di bawah sinar bulan aku beraksi sesuka
hati, sementara dia pasrah pada apa yang aku lakukan termasuk mengajari
gaya favourtiku Doggy style, woman on top dan kuda liar kulakukan dan
dia hanya bisa menurut apa yang aku perintahkan. Bagiku yang penting aku
menikmati kepuasan, sesuatu yang lama tidak aku dapatkan. Bahkan kali
ini lebih special karena bercinta dan merasakan sperma dengan seorang
perjaka. Sungguh suatu kenikmatan yang tiada tara. Walaupun aku harus
menuntunnya, tapi aku puas menikmati kontol dan sperma seorang pemuda.
Perjaka lagi. Malam ini aku menikmati pergumulan di taman rumahku.
Akhirnya kami sama-sama terkapar dan telanjang dengan peluh dan keringat
keluar deras, walaupun sebetulnya hawanya dingin.
Beberapa kali ke depan setidaknya aku akan menikmati dan merasakan bercinta dengan daun muda ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar